A. PENDAHULUAN
Landasan agama dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin memposisikan konseli pada posisi yang sebenarnya, yaitu manusia sebagai makhluk (ciptaan Tuhan) yang memiliki amanah sekaligus diberi kemulyaan-kemulyaan sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna. Pembahasan landasan agama disini terkait dengan pengintegrasian nilai-nilai agama dengan kehidupan sehari-hari konseli dalam proses bimbingan konseling.
Dalam kehidupan nyata dimasyarakat menunjukkan tidak semua orang beragama kemudian mereka berperilaku sebagaimana yang diajarkan oleh agama tersebut dengan baik, akan tetapi ada juga yang perilakunya jauh dari nilai-nilai agama, kecuali mengerjakan nilai-nilai agama hanya sedikit saja. Pada penganut agama manapun akan dijumpai oaring-oarang yang taat beragama, kurang taat dan tidak taat pada ajaran agamanya. Tingkat ketaatan ini akan mempengaruhi kuat atau lemahnya seseorang dalamkepribadian dan perilaku seseorang. Namun demikian diakui, sekecil apapun rasa memiliki terhadap agama ini tetap ada. Oleh sebab itu konselor dalam menjalankan proses bimbigan dan koseling guna memahami perilaku dan kepribadian konseli sebaiknya tidak meninggalkan pemahaman agama yang dianutnya. Demikian pula dalam memberikan treatment kepada konseli.
Sejalan dengan dengan uraian diatas, Gerhard Lenski, (dalam Djamari,1993: 7) dari hasil studinya menyimpulkan :
1. Agama merupakan hal terpenting dalam memprediksikan sosial manusia.
2. Agama manjadi determinan penting dalam perspektif dan nilai sosial.
3. Kelompok sosioreligiusitas lebih penting pengaruhnya terhadap sikap sosial dari pada kelas sosial.
4. Pada beberapa kasusu, agama berfungsi sebagai penyebab dan kasus lain sebagai efek.
5. Perilaku sosial berkorelasi dengan orientasi teoleogis (apakah teologis fondamental, konservatif, atau liberal ) atau dengan tingkat ketaatan.
6. Beberapa dimensi religiusitas ditemukan signifikan berkorelasi dengan perbedaan ras dan sikap anti semit, sikap terhadap perceraian dan pengendalian kelahiran dan sebagainya.
7. Agama berkorelasi dengan nilai dan sikap sosial yang lebih luas, tetapi kakang-kadang sangat kompleks.
Dengan demikian kedudukan agama menjadi sangat berpengaruh dan menjadi hala sangt urgen dalam kehidupan manusia dalam setiap aspek kehidupannya. Terkait dengan pengintegrasian nilai-nilai agama dalam praktik konseling,Marsha Wiggins Frame (2003) mengemukakan’ bahwa agama sepatutnya mendapatkan tempat dalam pratik-pratik konseling atau psikoterapi. Pemikiran ini didasarkan pada beberapa alasan (kasus di Amerika)
1. Mayoritas orang amerika menyakini adanya Tuhan, dan mereka banyak yang aktif mengikutai peribadatan di ereja, sinagog, masjid, atau tempat peribadatan yang lainya. Data ini menunjukkan bahwa konseli pada umumnya memiliki latar belakang agama yang membentuk sikap, keyakinan, perasaan, dan tingkah lakunya.
2. Terdapat tumpang tindih dalam nilai-nilai dan tujuan antara konseling dengan agama, seperti menyangkut upaya membentu individu agar dapat mengelola berbagai kesulitan hidupnya. Sehubungan dengan hal ini, sudah selayaknya profesi konseling mengakui nilai-nilai agama konseli dan konselor, bukan mengabaikannya.
3. Banyak bukti empirik yang menunjukkan bahwa keyakinan beragama telah berkontribusi secara positif terhadap kesehatan mental. Dengan demikian agama dalam kehidupan konselu dapat menjadi alat bantu dalam upaya terapiutik.
4. Agama sudah sepatutnya diintegrasikan kedalam konseling dalam upaya mengubah pola berfikir yang berkembang diakhir abad-20. dalam hal ini gerakan postmodern telah menjembatni perbedaan antara ilmu dan agama, dan telah membuka kemungkinan-kemingkinan baru untuk mengintegrasikan kedua dimensi tersebut kedalam psikoterapi (konseli) yang holistic (komprehensip).
Djamari (1993:77) menyatakan agama bukan hanya berhubungan dengan idea saja, tetapi juga merupakan perilaku yang mendasar, perbedaan agama dengan filsafat antara lain agama merupakan suatu komitmen terhadap perilaku atau amaliah. Agama berfungsi untuk mengintegrasikan masyarakat, baik perilaku lahiriah maupun yang simbolik, disamping itu juga membentuk moral sosial yang langsung dianggap langsung dari Tuhan. Kegitan ritual menjaga keseimbangan masyarakat, ritual menimbulkan rasa aman.
Dengan demikian wajib bagi konselor untuk memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang hakikat diciptakan manusia menurut agama dan peranan agama dalam kehidupan manusia. Sehubungan dengan maksud diatas maka pada uraian berikut akan dibahas tentang, ta`rif al-insan (pengenalan manusia), hakikat manusia, potensi manusia, nafsu manusia, sifat manusia, hakikat ibadah bagi manusia, kesempurnaan ibadah, diterimanya ibadah, hasil ibadah, hasil taqwa, keseimbangan, misi manusia, membangun harga diri, peranan agama dalam pendidikan sosial manusia, dan persyaratan konselor.
B. PEMBAHASAN MATERI (HAKIKAT MANUSIA)
1. TA`
Manusia adalah salah satu makhluk Allah SWT yang diberi sekian banyak kelebihan dan kemulyaan di bandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Dengan demikian sebagai manusia harus mengetahui dan mengenal secara detil tentang ta`rif manusia, Hasan Al-Banna dalam Hadits Tsulasa (2000 : 36) “ Man `arafa nafsahu, faqad `arafa rabbahu “ artinya “ Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. “ jadi, jika seseorang mengenal dirinya ia akan dengan benar-benar tahu dan mengerti tantang kedudukannya yang deberikan oleh Tuhan kepadanya, dengan demikian kita akan menunaikan hak diri kita dan hak-hak Tuhan kita. Maka pada saat seperti itu kita akan sampai pada ma`rifatullah.
Manusia diciptakan Allah SWT terdiri dari tiga unsur dan diberi juga kemulyaan dengan tugas ibadah dan kedudukan sebagai khalifah di muka bumi.
Manusia terbuat dari Tanah dan Ruh.
Dari sisi penciptaan manusia, manusia diciptakan dari tanah dan ruh sebagai mana dijelaskan dalam Al-Qur`an, Surah Al-Hijr (15 : 28,29) “ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ‘sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang dibri bentuk.(15 : 28) – Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)—ku, maka tunduklah kamu kepadaNYa dengan bersujud.”
1. Manusia terdiri dari tiga unsur.
(1) Manusia terdiri dari unsur Hati.
§ Dengah hati manusia membentuk kamauap, keputusan yang bersumberdari keyakinan yang bersemayam dalam hati manusia tersebut. (QS, Al-Israa`,
§ Dengan hati manusi berkehendak (QS, AL-Kahfi,
§ Dengan hati manusia memiliki kebesan memilih (QS, Al-Balad, 90 :10) “Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (dua jalan adalah jalan kebaikan dan jalan kejahatan).
(2) Manusia dari unsur Akal.
Dengan akal yang ada pada manusia sebagai unsure kedua manusia akan dapat membentik pengetahuan dan memperoleh ilmu yang ada dibumi dan dilangit. (QS,
(3)Manusia terdiri dari unsur Jasad.
Dengan unsur ketiga ini (jasad) manusia dapat melakukan tgas-tugasnya sebagi manusia yaitu melakukan pengabdian kepada Allah dan beramal. (QS, AT-Taubah, 9 : 105) Dan katakanlah: “ bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang dzahir, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
2. Manusia diberi amanah oleh Allah SWT untuk melaksanakan tugas Ibadah dan kedudukan sebagai Khalifah di muka bumi (QS, AD-Dzariyat, 51: 56). “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS, Al-Baqarah, 2: 30). “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘ sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi’. Mereka berkata,’Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: “ sesugguhnya Aku mengetuhi apa yang kamu tidak kethui”.
3. Manusia menerima balasan Pahala dari Allah SWT sang pencipta. (QS, AL-Insyiqaq, 84: 25) “Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka pahala yang tidak ada putus-putusnya.”
2. HAKIKAT MANUSIA
Hakikat diciptakan manusia adalah manusia sebagai makhluk yang Allah yang lemah, dan mempunyai beban untuk beribadah kepada Allah dan memimpin dunia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Dengan hakekat tersebut hendaknya manusia berfikir bagaimana potensi lemah itu dapat menjadi potensi kemulyaan dan mampu menjalankan semua tugas-tugas yang dibebankan oleh Allah kepada manusia.
Hakikat manusia:
1. Sebagai makhluk.
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah hendaknya ia tetap dalam (1) Fitrah sebagai manusi, sabagai mana disebutkan dalam AL-Qur`an. (QS, AR-Rum, 30: 30) “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. ((itulah) Agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia ntidak mengetahui.”(2) Manusia dalam kondisi lemah (QS, AN-Nisa,
2. Ciptaan yang dimuliakan.
Manusia sebagai ciptaan Allah yang sempurna dan dimuliakan dengan ditandai ditiupkan ruh atas ciptaan sbagai manusia sehinga ciptaan tersebutkan dapat dikatakan sebagai satu kesatuan ciptaan dengan nama manusia. (QS, AS-Sajadah, 32: 9) “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Manusia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan makhluk-makhluk allah yang lainnya, (QS, AL-Israa`, 17: 70) “Dan sesungguhnya telah kami mulyakan anak-anak Adam, kami angkut mereka didaratan dan dilautan, kami berikan mereka rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang kami ciptakan.” Dan Allah telah menundukkan alam untuk manusia, (QS, AL-jasiyah, 45: 12) “Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizing-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.”
3. Ciptaan yang mendapatkan beban.
Makhluk ciptaan Allah SWT satu-satunya yang mendapatkan beban dari Allah SWT, yaitu beban ber ibadah dan beban khilafah. Dengan beban tersebut manusia akan dapat kemuliaan bila mampu memegang beban atau amanah tersebut, dengan amanah tersebut manusia akan memperoleh predikat taqwa dan khilafah/ memimpin dunia.
4. Ciptaan yang mendapatkan kelebihan dan dimuliakan.
Manusia sebagai ciptaan Allah SWT yang telah diberi sekian banyak kelebihan dan dimuliakan oleh Allah, maka sudah sepantasnya manusia diciptakan dimuka bumi ini mendapatkan beban yaitu beban beribadah kepada Allah (QS, AD-Dzariyat, 51: 56). “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Selain beban untuk beribadah Allah juga memberi tugas yang lain yaitu sebagai khalifah dimuka bumi ini guna menjaga keseimbangan dan kebaikannya, (QS, Al-Baqarah,
5. Ciptaan yang mendapatkan kebebasan memilih.
Manusia memiliki kebesan memilih (QS, Al-Balad, 90 :10) “Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (dua jalan adalah jalan kebaikan dan jalan kejahatan). (QS, AL-Insan, 76: 3) “Sesungguhnya Kami telah menunjukiny jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.
6. Mkhluk yang dituntut tanggung jawab
Dengan keberadaan manusia yang telah diberikan kemuliaan, kelebihan, dan ditundukkan alam kepadanya, maka manusia mempunyai tanggung jawab yang pada akhirnya akan berakibat kepada perbutan yang berkonsekwensi baik dan mendapatkan pahala surga, disisi lain perbuatan yang berakibatkan pada balasan neraka, (QS, AS-Sajadah, 32: 19) “ Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS, AL-Baqarah, 2:24) “Maka jika kamu tidak dapat membuta(nya) dan pasti kamu tidak dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
3. POTENSI MANUSIA
Potensi dasar manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT disempurnakan dengan potensi dasar yang sangat sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Dengan potensi yang dianugerahkan oleh Allah SWT manusia dapat memaksimalkan potensi tersebut guna mencapai dari tugas dan beban yang telah di amanahkan oleh Allah kepada manusia.
Sedangkan potensi-potensi yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia adalah, potensi pendengaran, penglihatan, dan hati (akal), seluruh potensi tersebut dapat dikembangkan guna mencapai peringkat manusia yang sempurna dan mendapatkan kemulyaan-kemulyaan yang dijanjikan oleh Allah SWT dan kemulyaan dihadapan manusia sekitar maupun makhluk Allah yang lainnya.
Adapun potensi manusia dijelaskan dengan singkat dalam Al-Qur`an (QS, AL-Mulk, 67:23) katakanlah: “ Dia-lahYang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihata dan hati bagi kamu, tetapi amat sedikit kamu bersyukur.” Dari ayat tersebut diatas Allah SWT telah memberikan potensi-potensi tersebut agar digunakan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai dari kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka tugas beribadah kepaka Allah SWT.
· Dengan potensi penglihatan manusia dapat meningkatkan kemampuan keilmuan dan dengan ilmu tersebut manusia mendapatkan kemuliaan, sedangkan pendengaran untuk mendapatkan informasi-informasi yang dapat menguasai sekian banyak ilmu dan pengalaman yang dapat menjadikan manusia lebih cerdas dan selamat dalam memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik sehiingga manusia dapat selamat dalam kehidupannya dan dapat memenuhi kebutuhannya dalam rangka memenuhi tugas-tugas manusia sebagai hamba Allah SWT, demikian pula potensi hati, hati yang dipenuhi dengan rasa beriman pasti akan mempertimbangkan seluruh amal perbuatan manusia apakah benar sesuai dengan syariat yang telah ditentukan oleh tuhannya ataukah melangggar. Dengan hati manusia akan beramal sesuai dengan kemampuan dan kaidah-kaidah syar`iyah dan berusaha agar senantiasa sesuai dengan rambu-rambu yang telah disyari`atkan oleh Allah SWT.
· Tugas manusia selain beribadah kepada Allah SWT, manusia juga mendapat tugas yang lain yaitu tugas dalam kepemimpinan, yakni sebagai khalifah dimuka bumi. Khalifah dibumi bertanggung jawab terhadap kelestarian bumi dan mencegah dari kerusakan-kerusakan bumi dan penghuni yang ada dibumi tersebut. Tugas ini teramat berat bagi manusia yang memahami akan keberadaannya dimuka bumi ini, untuk menjaga dari kerusakan bumi tentunya harus berhadapan dengan manusia lain yang hanya mementingakan keperluannya dan mengabaikan terhadap keberadaan yang lain, seakan tidak ada lagi yang berhak terhadap kelestarian bumi dan manusia yang ada didalamnya untuk tetap dalam kondisi yang baik dan taat pada Tuhannya, sebagamana dijelaskan dalam Al-Qur`an (2: 21 dan QS, 51: 56) ketika manusi jauh dari keberadaannya untuk menjadi khalifah maka ia akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah dimuka bumi ini.
· Kekhalifahan atau Al-Khilafah merupakan perpanjangan dari nilai-nilai syariat Allah SWT, bukan pemilik yang sebenarnya dari bumi ini namun hanya berfungsi untk mengatur dan memimpin di bumi ini dalam rangka menjaga bumi dari kerusakan dan pertumpahan darah sehingga benar-benar menjadi Rahmatan lil `Alamin. Al-Khilafah juga merupakan perpanjangan dari aspirasi dari yang mewakilkan bukan bertujuan untuk kekuasaan kelompok akan tetapi untuk kesejahteraan manusia dimuka bumi ini, (QS, AL-Insan, 76: 30-31) “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.—Dia memasukkan siapa saja yang dikehendakiNya kedalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang yang dzalim disediakan siksa yang teramat pedih.” Walaupun manusia menjadi khalifah dimuka bumi ini akan tetapi tetap harus memenuhi dan mentaati aturan-aturan Allah SWT, tidak ada sedikitpun niatan untuk menentang apalgi kufur terhadap Allah SWT. Ketika manusia telah ingkar terhadapa Allah maka ia dikategaorikan sebagi orang-orang yang kafir terhadap Allah SWT. (QS, AL-Aadiyaat, 100: 6-11) “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterimakasih kepada Tuhanny. – dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya. – dan sesungguhnya ia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. – Maka apakah ia tidak mengetaui apabila dibangkitkan apa yng ada didalam kubur. – dan dilahirkan apa yang ada didalam dada.—sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.”
· Ancaman bagi manusia yang khianat terhadap Tuhannya. Bagi setiap manusia yang melanggar ketentuan Allah Atu ia khianat terhadap amanah-amanah yang di bebankan kepada manusia maka ia akan mendapatkan ancaman dan adzab yang sangat pedih baik di dunia maupun di akhirat kelak, dan mereka akan mendapatkan perumpamaan bagaikan ternak (QS, Al-A`raf, 7: 179) bagaikan anjing (QS, 7: 179) bagaikan monyet (QS, Al-Maidah, 5: 60), bagaikan babi (5: 60), bagaikan kayu (Qs, AL-Munafiqun, 63: 4) “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan mereka. Mereka seakan-akan adlah kayu yang tersandar.,…. Al-ayah” , bagaikan batu (QS, Al-Baqarah 2: 74), bagaikan laba-laba (QS, AL-Ankabut, 29: 41) “Perumpamaan bagi orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” Bagaikan keledai (QS, Al-Jum`ah, 62: 5) “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadamya taurat, kemudian mereka tidak memikulnya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberikan petunjuk bagi kaum yang dzalim.”
4. NAFSU MANUSIA
Manusia diciptakan dalam kondisi sempurna, hal ini dikarenakan manusia di anugerahi pula oleh Allah yaitu nafsu, untuk memahami kedudukan ruh dan nafsu merupakan hal yang sangt utama karena dengan ruh dan mnafsu kejiwaan manusia menjadi sangat terpengaruh, hal ini sehingga dapat menimbulkan kondisi-kondisi kejiwaan yang sangat dipengaruhi oleh kedua hal tersebut diatas.
1). Manusia dan nafsu (QS, ASy-Syams, 91: 7-10)
“ Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).—Maka Allah mangilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketqwaannya. – Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. – dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori jiwa.”
2). Ruh mendominasi hawa nafsu, maka manusia akan cenderung untuk lebih dekat dengan Allah melalui jalan berdzikir, dan membuat akibat terhadap kejiwaannya menjadi lebih tenang. (QS, AR-Ra`d, 13” 28) “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat kepada Allah. Ingatlah, hanya dengat mengingat Allah hati menjadi tentram.”
3). Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu, maka manusia akan berorientasi pada akal, dan jiwa akan selalu menyesali dirinya. (QS, AL-Qiyamah, 72: 2) “dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”
4). Nafsu mendominasi ruh, manusia akan berorientasi pada syahwat, dan kejiwaannya akan senantiasa menyuruh kepada kejahatan dan kemungkaran, (QS, Yusuf,
5. SIFAT MANUSIA
Dengan mengenal sifat-sifat manusia, akan memberi pengetahuan terhadap kita akan dua jalan yaitu jalan taqwa dan jalan kejahatan.
1). Jalan Taqwa.
Akan membawa manusia memiliki sifat-sifat yang baik dan akan membawa pada pembersihan jiwa yaitu dengan sifat sebagai berikut:
· Bersyukur (manusia dapat merasakan kasih sayang Allah dan mengakibatkan manusia lebih rendah hati).
· Bersabar (manusia dapat lebih dewasa dan bijak
· Penyatun (menghormati dan empati terhadap lingkugan sekitar).
· Penyayang (manusia lebih bersahaja dan perhatian pada sesama).
· Bijaksana (tidak tergesa dan mendalam dalam memahami permasalan dan mencari jalan keluar dari permasalahan).
· Suka bertaubat (dapat berinstropeksi untuk mencapai nilai-nilai hidup yang sempurna dan tidak mengulangi kesalahan).
· Lemah lembut (bersahaja dan diterima dimasyarakat), senantiasa Jujur (takut akan dosa dan taqwa kepada Allah).
· Dapat dipercaya (senantiasa menyampaikan amanah kepada mustahiq/yang berhaq).
Dengan sifat-sifat ini manusia akan mencapai kejayaan (kesuksesan).
2). Jalan Fujur.
Fujur merupakan satu sifat yang bisa menjadi karakter bagi manusia, fujur adalah sifat yang mengotori jiwa manusia yaitu sifat-sifat yang tidak baik seperti:
· Memperturutkan sifat tergesa-gesa.(QS, AL-Israa`,
· Berkeluh kesah. (QS, AL-Ma`aarij, 70: 20) “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.”
· Gelisah.(QS, 70:20)
· Tidak mau berbuat baik.(QS, 70:21) “Dan apabila ia mendapatkan kebaikan ia amat kikir.”
· Pelit/kikir.(QS, Al-Israa, 17:) katakanlah: “kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan karena takut membelanjakanya. Dan adalah manusia itu sangat kikir.”
· Kufur.(QS, Ibrahim,
· Pendebat.(QS, AL-Kahfi,
· Pembantah.(QS,
· Dzalim.(QS,
· Jahil.(QS, AL-Ahzab, 33: 72)
Ketika manusia memiliki sifat-sifat seperti diatas maka itu menjadi indikator yang jelas orang tersebut akan memperoleh kegagalan (merugi.)
6. HAKIKAT IBADAH BAGI MANUSIA
Ibadah merupakan satu bentuk tugas manusia sebagai ciptaan Allah SWT, ibadah merupakan satu ritual yang menjadi kebutuhan dasar manusia untuk memberi jaminan rasa kejiwaan atas nikmat-nikmat yang tealah diberikan Allah kepada manusia dengan segalam kesempurnaan dan kelebihan yang diberikan kepada manusia disbanding dengan makhluk yang lainya. Demikianlah hakikat ibadah manusia kepada Tuhannya, hakikat ibadah ada beberapaa hal yang dapat dirinci sebagai berikut:
1). Perasaan (sebagai sumber pelaksanaan ibadah)
· Merasakan banyak nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia.(QS,
· Merasakan keagungan Allah SWT,(QS,
2). Manifestasi ibadah adalah:
· Menghinakan diri dihadapan Tuhannya,(QS, 35: 14)
· Kecintaan kepada Tuhannnya, (QS, 2: 165)
· Sebagai bentuk ketundukan kepada Tuhannya, (QS,
3). Ibadah dilakukan dengan penuh rasa takut dan berharap kepada Tuhannya, (QS,
7. KESEMPURNAAN IBADAH
Kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah SWT merupakan satu keharusan yang menjadi paradigma bagi seluruh manusia, dengan kesempurnaan dalam beribadah menjadikan kejiwaan manusia menjadi lebih baik dan setabil (tawazun/seimbang) sehingga dapat menjadi pribadi yang mempunyai integritas tinggi. Kesempurnaan ibadah meliputi:
1). Intergitas ibadah, mencakup keseluruhan pandangan ibadah dalam Islam.
2). Ibadah dalam Islam mencakup:
· Mencakup seluruh persoalan agama(Din), yaitu wajib,sunnah, mubah.(QS, 5: 3)
· Mencakup seluruh kehidupan, yaitu amal baik, amal sosial, amal kehidpan, memakmurkan bumi, menegakkan din (QS, 2: 208)
· Mencakup seluruh kehidupan manuisian meliputi; hati, akal, jasad (QS, 3: 191).
8. DITERIMANYA IBADAH
Ibadah menurut usulfiqih adalah perbuatan yang diharamkan oleh Allah, kecuali ibadah yang telah ditentukan oleh Allah dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits. Dengan kata lain ibadah memiliki persyaratan untuk diterima oleh Allah SWT. Sedangkan ibadah meliputi dua klasifikasi yaitu ibadah mahdhoh (dari mulai niat dan syarat syahnya telah ada ketentuan dalam syari`at) dan ghoiru mahdhoh (amalan-amalan sholih). Adapun persyaratan diterimanya ibadah adalah: Niatnya benar, diisyaratkan, mengiluti tatacara yang benar sesuai syari`at ( QS, 7: 157).
9. HASIL IBADAH
Dalam beribadah kepada Allah SWT, selain harus mengikuti syarat diterimanya ibadah, juga mempetimbangkan hasil ibadah yang ingin dituju yaitu diterima disisih Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT harus mencapai salimatul ibadah, yaitu selamat dalam beribadah dari tujuan-tujuan selain kepada Allah SWt.
· Prinsip pencapaian ibadah yang benar adalah: Iman (QS, 4: 136), Islam (QS, 2: 112), Ihsan(QS, 16: 97), Tunduk(QS, 9:112), Tawakal (QS, 11: 88), Cinta (QS, 2: 165), Roja` (penuh pengharapan) (QS, 18: 11o), Takut (QS, 9: 112), Do`a (QS, 2: 165), khusuk (QS, 2; 45-46).
· Tercapainya nilai-nilai taqwa (QS, 2; 21 dan 183)
10. HASIL TAQWA
Tujuan hidup bagi seorang yang beriman adalah mencapai derajat taqwa, yaitu suatu derajat yang merupakan pilihan hidup didunia ini. Jalan taqwa adalah jalan untuk selalu berada dalam pengawasan Allah SWT disetiap langkah hidupnya, manusia yang bertaqwa akan menjalankan seluruh perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sosial universa dan sejalan dengan nilai-nilai agama.
Taqwa adalah suatau keadaan manusia untuk senantiasa menjahui apa yang telah dilarang oleh Allah SWT, kemudian menggantikan dengan perbuatan yang diperintahkan-Nya.
Adapun dalam menggapai taqwa, sebagai mana dalam iabadah kita diisyaratkan untuk berhrap-harap cemas kepada Allah SWT, yaitu berharap kalau sampai pada derajat taqwa manusia akan mendapatkan balasan yang luar biasa dari Allah, dan tkut kalau-kalau apa yang kita lakukan tidak bersih niat kita hanya untuk dank arena Allah SWT.
Sedangkan keuntungan-keuntungan yang dijanjikan oleh Allah SWT ketika manusia bertqwa adalah sebagai berikut:
· Mendapatkan Rahmat (QS, 98 : 8)
· Mendapatkan Furqon/pemisah antara yang benar dan salah (QS<
· Mendapatkan berkah (QS, 7: 96)
· Mendapatkan jalan keluar dalam setiap masalah (QS, 65:2)
· Mendapatkan Rizqi (QS, 65: 3)
· Mendapatkan kemudahan (QS, 65: 5)
· Dihapus Kesalahan (QS, 65: 5)
· Mendapatkan Ampunan (QS, 65:5)
· Mendapat pahala yang besar (QS, 65: 5)
Dan kesempurnaan dalam mencapai derajat taqwa yang seperti ini merupakan bentuk kebaikan didunia dan akhirat (QS. 2: 200).
11. KESEIMBANGAN
Keseimbangan dalam kehidupan merupakan hal yang sangat menentukan dalam perjalan hidup manusia, pada kehidupan manusia akan dapat berjalan dengan baik dan berdampak baik pula pada lingkungannya ketika keseimbangan dalam hidup manusia baik. Keseimbangan disini aladal keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan asasi dari kebutuhan manusia itu sendiri yaitu kebutuhan jasad terhadap makan, kebutuhan akal terhadapa ilmu dan pengetahuan, dan kebutuhan ruh terhadap ibadah dan pendekatan diri kepada tuhannya.
Dengan melihat kebutuhan manusia yang terdiri dai dua unsure dan kecenderungan manusia akan pemenuhan kebutuhan yang dapat memenuhi tiga kebutuhan diatas, maka manusia akan dapat dikatakan seimbang dan integral dalam kehidupannya ketika ia dapat memenuhi tiga kebutuhan tersebut sesuai degan fitrah manusia yang hanif.
Manusia, makhluk sesuai fitrah (QS 30:30. 7: 172. 75: 14), manusia senantiasa cenderung kepada kehanifan (tren untuk menyesuaikan kepada kebenaran dan kebaian) (QS, 30:30 ). Dengan fitrah dan hanif yang dimiliki manusia sebagai kencenderungannya maka manusia akan berusaha untuk dapat seimbang dalam pemenuhan kebutuhan jasmani, ruhani maupaun kebutuhan akalnya ( QS, 55:6-7).
Jasad memiliki kebutuhan dalam pemenuhan terhadap makanan sehat dan bergizi, sedangkan jasad pula memiliki kebutuhan terhadapa kesehatan badan yaitu dengan berolah raga (QS, 80: 20. 2: 168).
Adapun akal, gizi yang dibutuhkan akal adalah ilmu dan pengetahuan yang harius dipenuhi manusia dalam mengembangkan kemampuan akal tersebut (QS, 96: 1. 55:1-4).
Berbedea dengan ruh, makan yang bergizi bagi ruh adalah denganberdzikir kepada Allah SWT, denga beribadah dan berdzikir kepada Allah manusia akan mendapatkan pemenuhan kebutuhan jiwa untuk mengabdi dan menguatkan ketahan mental atau jiwa manusia dimuka bumi ini dalam menghadapi segala permasalahan (QS, 73:1-20. 13: 28. 3:191).
Dengan pemenuhan makan dan gizi yang diperlukan oleh jasad, akal, dan ruh ini, maka akan melahirkan kenikmatan-kenikmatan dalam kehidupan didunia dan kenikmatan di akhirat, dan juga akan mendapatkan kenikmatan lahir dan batin (QS, 31: 20).
12. MISI MANUSIA
Manusia diciptakan dimuka bumi ini mandapatkan beban dari Allah SWT, yaitu beban ibadah dan beban khilafah. Tugas Khilafah disini adalah Al-Imarah dan Ri`aya. Iamrah adal tugas untuk selalu menjalan
Khilafah sebagai tugas manusia (QS,
1). Membangun (3: 104. 3: 110), yaitu membangun materi, ruhani, taujih-taujih untuk manusia menuju pada peradapan yang mulia, sayri`ah untuk merealisasikan peridahan yang secara global dalam mewujudkan manusia berakhlak dan mempunyai integritas yang baik.
2). Memelihara (QS, 2:218, 18: 110), yaitu memelihara materi, ruhani, harapan manusia akan balasan yang baik di dunia maupun diakhirat kelak, menahan semua keburukan agar tidak mendapatkan hukuman.
3). Menjaga agama, nafsu, akal, harta, keturunan dari hala-hala yang menjadikan nya rusak.
Sedang misi yang lain adala menunujukkan kepada manusia bahwa yang haq itu adalah haq dan yang batil itu batil, tidal mencapur aduk atau menyembunyikan kebenaran dari hadapan manusia (QS, 8: 8).
13. MEMBANGUN HARGA DIRI
Kecenderungan manusia untuk mempunya rasa lemah dan putus asa senantiasa ada dan dapat menimpa siapapun, maka manusia harus bisa menguasai diri dengan pemenuhan kebutuhan ruhani dan akal disamping kebutuhan jasad yang dengan sendirinya dipenuhi secara naluri. Sedang untuk membangun diri menjadi manusia yang sempurna dan mempunyai integritas yang baik dan tinggi adlah sebuah usaha yang harus berproses dengan berlatih utnuk memiliki kekokohan menta kejiwaan manuisa tersebut.
Membangun harga diri manusia ini dijelaskan dalam Al-Qur`an (3: 104 dan 110), yaitu untuk senantiasa menyerukan kebaikan dan mencegah kemunkaran yang banyak diperbuat manusia. Dengan membangun diri manusia akanmenemukan :
· Kemuliaan, keutamaan, kebutuhan dunia, amanah (Qs, 17: 70).
· Ummat yang terbaik, yaitu dnegan karakter iman, jujur, dapat dipercaya, loyal, taat, komitmen, bergerak untuk berdakwah dan beramal, kuat dan mempunyai kekuatan (QS, 3: 110).
14. PERANAN AGAMA DALAM PENDIDIKAN SOSIAL MANUSIA
Agama dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting untuk membnagun peradapan yang baik dan menciptakan ketengan dan kestabilan di muka bumi. Peran agama dalam masyarakat yang pertama kali adalah menyiapakan pribadi-pribadi yang mempunyai pemahaman kehidupan yang sempurna dan pribadi yang memiliki integrasi yang tinggi. Sedang peran agama yang kedua adalah membangun dan menjaga keturunan manusia agar tetap dalam kondisi yang tetap memiliki integritas yang tinggi dengan mnjalankan konsep membangun rumah tangga yang baik. Rumah tangga merupakan kebutuhan asasi bagi seluruh manusia dimuka bumi ini, dengan rumah tangga yang baik yang didasari dari implementasi agama yang telah terbukti dalam menyiapkan individu yang berinegritas baik maka rumah tangga tersebut secara berkelanjutan akan mencetak generasi yang memiliki integritas yang baik pula.
Musthafa Muhammad Thahhan (2007:217) Pembentukan generasi yang baik berawal dari konsep diri yangbaik pula, maka dengan kepribadian dan konsep keluarga yang telah terbentuk dari awal secara baik maka akan mencetak keluarga-keluarga yang baik dan pada akhirnya akan membentuk masayrakat yang baik.
Masyarak pada kondisi sekarang menunjukkan gejala yang sangat majemuk, ini desebabkan latar belakang pemahan dari hakikat diciptakan manusia dan tugas-tugas manusia yang tidak difahami dengan baik, sehingga dengan kondisi pemahaman yang berbeda-beda kualitasnya menyebabkan pola hidup dan kebiasaan yang berbeda pula, sehingga dalam menjalankan kehidupan kadang jauh dari landasan agama dan bahkan ada yang tidak menggunakan landasan agama samasekali.
Peran agama disi sebagai landasan dalam kehidupan dengan melihat kondisi masyarakat yang begitu kompleks dalam permasalahannya maka sangat dibutuhkan bimbingan dan konseling yang berlandaskan agama, adapaun perana agama dalam landasan bimbingan dan konseling disini adalah sebagai barikut:
1). Menebarkan kabaikan ditengah masyarakat.
Kebaikan sangat dibutuhkan oleh semua manusia dalam sebuah masyarak karena akan memberikan rasa aman dan nyaman dalam kehidupan, meningkatkan akhlaq, meluruskan perilaku, menegakkan keadilan ditengah-tengahan mereka, dan menghilangkan kelas sosial dalam kehidupan. Sesungguhnya manusia berasal dari keturunan Adam, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Tidak ada keutamaan orang yang berkulit putih dari orang yang berkulit merah. Tidak ada kelebihan antara orang Arab dengan orang non-Arab. Yang membedakan hanyalah ketaqwaan semata.
2). Memberantas kemunkaran dan perbuatan nista.
Kemunkaran dan perbuatan nista merupakan hal diharamkan, dibenci, dan dianggap keji oleh Islam (Agama). Hukum Islam tidak pernah bertentengan dengan hokum logika yang benar.
Kemunkaran telah dijadikan alat untuk merusak pribadi dan masyarakat. Hal ini dapat kita saksikan dari perilaku seks bebas yang begitu merajalela, pelacuran yang dibesar-besarkan oleh stasiun televisi, peredaran narkoba dan minuman keras yang semakin semarak, dan pergaulan bebas dilakukan antara laki-laki dan perempuan tanpa batas.
Seoarang muslim atau relegius yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama harus dapat menebarkan kebaikan dan mampu memerangi kemunkaran dengan cara apapun yang ia mampu. Ia harus memilih pasangan yang sholih yang dapat mendidik anak dengan keutamaan akhlak, memilihkan teman yang baik untuknya, memiih sekolah yang layak untuknya,dan mengajaknya kemasjid. Dilungungan yang baiklah naka akan tumbuh dan menjalani kehidupan bersih dari kemunkaran. Sebesar apapun komitmen yang dimiliki seseoarang, ia tidak akan sanggup memberantas kejahatan sendiri. Oleh karena itu ia harus memiliki teman yang menyokong, masyarakat yang bersih yang mendukungnya, dan para guru yang sholih yang memberiakn arahan serta teladan da`wah yang dapat diikuti.
Kita tidak cukup hanya meninggalkan kemunkaran. Kita harus memerangi dan memberantas semuanya. Hal tersebut dimulai dari keluarga terdekat hingga kerabat, tetangga, dan sahabat. Kemudian dilanjutkan ketempat kerja dan orang-orang yang ada dijalan.membiarkan kemaksiatan dan kemunkaran adalah perbuatan dosa dan maksiat (QS, AL-Ma`idah, 5: 78-79) “ Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian dikarenakan mereka selau durhaka dan melampoi batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang perbuatan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu”.
3). Mendukung perilaku luhur.
Kebaikan merupakan lawan dari keburukan. Jika setiap orang bersama-sama dengan masyarakatnya memerangi kemunkaran dan keburukan, merekapun harus membuat kegiatan kebaikan untuk menggantikan kebiasaan perbuatan maksiat yang telah diberatasnya. Sudah menjadi tabiat manusia ketika ia tidak disibukkan dengan kebaikan, maka ia akan disibukkan dengan yang lainnya. Rasulullah menggambarkan kepada kita akan pentingnya kebaikan. Beliau mengatakan, Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. (H.R. Baihaqi dan AL Hakim).
Tugas risalah langit dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, yaitu mengajarkan akhlak dan menanamkan kebaiakan. Apabila kita kembali meneliti sifat-sifat yang ada pada pribadi muslim, kita akan mendapatkan hal-hal berkaitan dengan kabaikan : Iffah (menjaga diri dari kemaksiatan), Syaja`ah (berani), adil, istiqomah, jujur, amanah, menepati janji, menjaga wibawa, dermawan, pemaaf, toleransi, bertanggungjawab, sabar, lemah lembut, mencintai, berbuat b aik kepada manusia, dan lainsebagainya.
4). Melakukan `Amar Ma`ruf.
Dalam diri setiap muslim ada tugas yang diwajibkan oleh Allah yaitu melakukan dam memerintahkan kepada perbuatan yang baik atau makruf. Yaitu suatu usaha untuk mengajak manusia untuk berbuat dan berperilaku yang baik dan menebarkan perbuatan baik ditengah-tengah masyarakat sebagai bukti ketaatan kita kepada Allah SWT. (QS, Ali Imran, 3: 104) “ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada kemakrufan, dan mencegah dari kemunkaran. Merekalah orang-orang yang beruntung”.
5). Bersegera melakukan kebajikan
Perintah untuk bersegera dalam urusan tarbiyah berarti menunjukan adanya sesuatu yang sangat penting dalam perintah tersebut.
Tipe oaring yang pertama adalah orang yang menjadikan obyek yang dilihartnya sebagai memori dalam otaknya. Tentunya hal tersebut tidak berate apa-apa dalam hidupnya. Sedangkan tipe orang yang kedua adalah tipe oaring yang dapat menjadikan apan yang dilihatnya menjadi sebuah tindakan nyata yang positif sehingga dapat menjadi saham dalam perubahan dalam masyarakat.
Seporang muslim diharapkan bisa bersegera malakukan perbuatan kebaikan. Rasulullah bersabda, Barang siapa yang menunjukkan kebaikan kepada seseorang maka ia akan mendapatkan kebaikan sebagai mana yang dilakukan orang yang melakukannya. (H.R. Muslim)
6). Menguasai opini umum tentang kabaikan.
Infonmasi menjadi senjata paling dibutuhkan dalam ranah perarungan antara kebaikan dan keburukan seperti sekarang ini, dengan alasan seni, budaya, ilmupengetahuan, dan lain sebagainya menjadikan sarana tersebut berdampan negative lebih banyak daripada menanamkan kebaikan, dengan publikasi yang dibesar-besarkan oleh stasiun televise tentang pergaulan bebas budaya dan sekian banyak kemasan tayangan yang seakan masuk akal. Akan tetapi pada hakekatnya membawa sekian banyak nilai-nilai negative sehingga hal-hal yang mestinya tabu, nista, dan memberi pendidikan yang tidak mendidik menjadi biasa dan dianggab wajar, dan bahkan dianggab menjadi suatu yang harus terjadi dengan alasan ilmu dan tugas perkembangan.
Sebagaimana contoh dalam batas-batas pergaulan laki-laki dan perempuan, dalam batasan agama jelas ada batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim, tidak berdua-duan dengan lain jenis tidak mukhrim, perbuatan ini merupakan satu perbuatan yang melanggar aturan agama dan merupakan perbuatan yang memalukan akan tetapi sekarang bahkan dengan alasan ilmu menjadi satu perbuatan yang dimaklumkan dengan atas nama perkembangan dan mengikuti yaman. Ketika perbuatan tersebut mengalir pada tindakan lebih seriaus maka yang terjadi berikutnya adalah diantaranya hubungan yang sampai pada hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan.
Contoh diatas merupakan contoh nyata yang belum ada solusi secar kailmuan, akan tetapi dari awal dulu kehadiran agama memberi rambu-rambu yang sifatnya menjaga pergaulan agar tidak terjerumus kepada hubungan bebas yang mengakibatkan pada penyesalan.
Dengan kembali pada opini yang dibentuk berdasarkan petunjuk agama maka kondisi baik akan didapatkan, tanpa mengorbankan tugas-tugas perkembangan. Tugas-tugas perkembangan akan memiliki pilihan-pilihan yang baik atau yang lebih baik, sehingga menjadikan para guru dan pendidik memiliki kemampuan yang inovatif untuk menyampaikan opini yang baik dan benar.
7). Mewarnai seluruh aspek kehidupan umum dengan nilai-nilai religi secara terus-menerus.
Bagian ini merupakan bagian akhir yang harus dilaksanakan untuk sebuah perubahan menuju kapda kebaikan.
Seorang muslim harus menjadi teladan atau model dalam penerapan nila-nilai agama, yaitu pada saat bekerja, berbicara, makan, minum, akhlak dan tarbiyah, simpati kapada orang lain, menjaga lisan dan jujur dalam berbiacar, tolong menolong dan sebagainya.
Seorang muslim juga harus senantiasa moderat dalam melakukan amal yang konstruktif pada saat membangun kehidupan dengan konsep bangunan agamanya. Seoarang yang menjalakan perbuatan bertantangan dengan nilai-nilai agama mereka cenderung arogan terhadap orang lain. Perbuatan yang dilakukannya akan terliahat sbagai perbuatan yang negative, ini nerdampak dalam proses pembangunan masyarakat yang damai.
Yang kami inginkan adalah pembentukan pribadi-pribadi yang muslim (baik), rumah tangga yang religi, dan masyarakat yang religi. Akan tetapi perubahan ini harus dilaksanakan terus-menerus dengan benar dan hati-hati untuk mencapai tujuan membangun masyarakat yang beradab dan tidak meninggalkan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman.
15. PERSYARATAN KONSELOR.
Konselor adalah seorang yang harus memiliki sekian banyak keunggulan dalan sifat dan perilaku, konselor yang baik dan bertanggungjawab ia akan berusaha memiliki sifat-sifat yang baik dan dapat dipertanggungg jawabkan kemampuannya dalam memberikan layanan. Dengan tuntutan tersebut nampak dengan jelas bahwa konselor harus memenuahi persyarat-persyaratan untuk menjadi konselor yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.
Landasan agama dalam bimbingan dan konseling mengimplikasikan bahwa koselor menjadi “helper”, pemberi bantuan dituntut untuk memiliki pemahana yang kuat dan baik terhadap niali-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalan menjalankan nilai-nilai agama di dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan koseling terhadap konseli. Konselor hendaknya menyadari bahwa dalam memberikan layanan bimbingan dan koseling terhadap konseli merupakan perbuatan bernilai ibadah, karena di dalam layanan tersebut terkandung nilai “ `amar ma`ruf nahyi munkar” (mengembangkan kebaiakan dan mencegah keburukan). Agar kegiatan bimbingan berniali ibadah makan kegiatan tersebut harus didasarkan pada nilai-nilai ibadah, keikhlasan, dan kesabaran.
konselor dalam memberikan layanan hendaklah memiliki peranan sebagai berikut.
· konselor sebagai oerang tua dalam ikatan batin.
· Konselor sebagai seorang guru dalam pengajaran ilmu.
· Konselor sebagai syeikh ( pemimpin sepiritual) dalam pendidikan ruhani.( Musthafa Muhammad Thahan, 2007:359 )
Kaitanya dengan hal tersebut, Prayitno dan Amti mengemukakan persyaratan bagi konselor, yaitu sebagai berikut :
1). Hendaknya konselor adalah orang yang beragama dan mengamalkan nila-nilai keimanan dan ketaqwaannya dengan baik sesuai dengan agamanya yang dianut.
2). Konselor sebisa mungkin dapat mentransfer kaidah-kaidah agama secara garis besar yang relevan dengan masalah konseli.
3). Konselor harus benar-benar dapat memperhatikan dan menghormati agama konseli.
C. RINGKSAN
1. Agama merupakan pedoman hidupa bagi manusia dalam rangka mencapai kebahagian yang hakiki di dunia kini dan akhirat kealk. Karena agama sebagai pedoman hidup, maka dalam semua kegiatan kehidupan manusia harus merujuk kepada semua nilai-nilai agama.
2. Manusia adalah sebagai makhluk yang mempunyai fitrah beragama homo relegius, yang berpotensi untuk dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama.
3. Hakikat manusia adalah makhluk Allah SWT, yang berfungsu sebagai hamba mempunyai beban mengabdi dan menjadi khalifah di muka bumi. Sabagai hamba mempuyai tugas beribadah kepada-Nya, dan sebagi khalifah tugas utama adalah menjaga dan menseimbangkan bumi dari kerusakan, selain itu menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna bagi kesejahteraan hidup bersama dan menjadi Rahmatan lil Alamin.
4. Berdasarkan pandapat para ahli dan hasil dari temuan-temuan penelitian yang menunjukkan bahwa agama sangat berpengaruh (berkonstribusi secara signifikan) terhadap pencerahan diri dan kesehatan mental individu. Bertitik tolak dari hal ini, maka pengintegrsian dan penerapan nilai-nilai agama dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan suatu keniscayaan yang harus ditumbuh-kembangkan.
5. Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling berlangsung secara baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki pemahaman yang baik dan benar terhadap agama dan pengalaman dalam menerapkan nilai-nilai agama, dan menghormati agama koseli yang berbeda dengan agama konselor yang dianut.
0 komentar:
Posting Komentar